Rabu, 28 April 2010

askep ansietas

Askep ansietas
Ansietas

Definisi :

Keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi system syaraf autonom dalam berespons terhadap ancaman tidak jelas, non spesifik.

Faktor yang berhubungan

Patofisiologi
Setiap faktor yang mengganggu kebutuhan dasar manusia akan makanan, air, kenyamanan, dan keamanan.
Situasional
Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap konsep diri :
Kehilangan benda-benda yang dimiliki
Kegagalan (atau keberhasilan)
Perubahan dalam status atau prestise
Kurang penghargaan dari orang lain
Dilema etik
Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat (aktual atau risti) :
Kematian
Perceraian
Tekanan budaya
Perpindahan
Perpisahan sementara atau permanen
Berhubungan dengan ancaman integritas biologis (aktual atau risti) :
Menjelang kematian
Serangan
Penyakit
Prosedur invasif
Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan (aktual atau risti) :
Perawatan rumah sakit
Perpindahan
Pensiun
Bahaya terhadap keamanan
Polutan lingkungan
Berhubungan dengan perubahan status sosioekonomi (aktual atau risti) :
Pengangguran
Pekerjaan baru
Promosi
Berhubungan dengan transmisi ansietas orang lain terhadap individu.
Maturasional
Bayi/anak
Berhubungan dengan perpisahan
Berhubungan dengan lingkungan atau orang asing
Berhubungan dengan perubahan hubungan sebaya
Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
Perkembangan seksual
Perubahan hubungan dengan teman sebaya
Dewasa
Berhubungan dengan konsep diri :
Kehamilan
Menjadi orang tua
Perubahan karir
Efek penuaan
Lansia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
Kehilangan sensori
Kehilangan motorik
Masalah finansial
Perubahan pensiun

Data yang harus ada :

Fisiologi

Peningkatan frekwensi denyut jantung
Insomnia
Kenaikan tekanan darah
Keletihan dan kelamahan
Peningkatan frekwensi pernapasan
Semburat merah atau pucat
Diaforesis
Mulut kering
Dilatasi pupil
Pegal-pegal dan nyeri
Perubahan tinggi suara/suara tremor
Gemetar
Kegelisahan
Palpitasi
Pingsan/pusing
Mual-mual atau muntah
Parestesia
Sering berkemih
Bercak kemerahan
Diare

Emosional

Klien mengaku tentang
Keprihatinan
Ketidak-berdayaan
Kehilangan kontrol
Kegelisahan
Ketegangan atau menjadi sangat gembira
Ketidakmampuan untuk rileks
Ketidakberuntungan yang diantisipasi
Klien memperlihatkan
Peka rangsang/tidak sabar
Mengkritik diri sendiri dan orang lain
Marah meledak-ledak
Menarik diri
Menangis
Kurang inisiatif
Kecenderungan menyalahkan orang lain
Mencela diri sendiri
Reaksi terkejut

Kognitif

Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
Kurang waspada terhadap lingkungan sekitar
Pelupa
Melamun
Berorientasi pada masa lalu
Pikiran buntu
Terlalu perhatian


Kriteria hasil

Seseorang akan :
1. Menggambarkan ansietas dan pola kopingnya
2. Menghubungkan peningkatan psikologi dan kenyamanan fisiologis
3. Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas

Intervensi

1. Kaji ansietas : ringan, sedang, berat

2. Memberikan ketentraman dan kenyamanan hati
a. Tinggal bersama klien
b. Jangan atau meminta klien untuk membuat keputusan
c. Berbicara dengan tenang dan perlahan, menggunakan kalimat yang pendak dan sederhana
d. Waspada terhadap perhatian anda sendiri dan hindari ansietas yang timbal balik
e. Perlihatkan rasa empati (mis ; datang dengan tenang, menyentuh, membiarkan menangis, berbicara)

3. Singkirkan stimulasi yang berlebih (mis; tempatkan klien di ruangan yang lebih tenang); batasi kontak dengan orang lain

4. Apabila ansietas telah berkurang, bantu klien untuk mengenali ansietas dengan tujuan untuk mulai memahami atau memecahkan masalah
a. Berikan dorongan klien untuk mengingat dan menganalisa peristiwa ansietas serupa.
b. Gali perilaku alternatif apa yang mungkin telah digunakan jika kopingnya maladaptif.

5. Bantu klien yang sedang marah
a. identifikasi adanya marah (mis; perasaan frustasi, ansietas, ketidakberdayaan, adanya peka rangsang, berbicara meledak-ledak)
b. Kenali reaksi anda terhadap perilaku klien; waspadai perasaan anda sendiri dalam bekerja dengan individu yang sedang marah.
c. Bantu dalam membuat hubungan antara frustasi dengan perasaan selanjutnya.
d. Sebutkan batasan-batasan dengan jelas; katakan pada individu apa yang benar-benar diharapkan (mis; ”Saya tidak dapat membiarkan anda berteriak”[melempar benda-benda, dsb]).
e. Ketika menyebutkan perilaku yang tidak dapat diterima, berikan suatu alternatif (mis; beri ruangan yang tenang, aktifitas fisik, kesempatan untuk berkomunikasi dari hati ke hati)
f. Kembangkan strategi modifikasi perilaku; bicarakan dengan seluruh personil yang terlibat agar konsisten
g. Lakukan interaksi dengan klien apabila dia tidak banyak menuntut atau manipulatif

6. Bila berkenan, berikan aktifitas yang dapat mengurangi ketegangan (mis; aktivitas fisik, permainan-permainan)

7. Bantu anak yang sedang marah
a. Berikan dorongan pada anak untuk mengungkapkan kemarahannya (mis; ”Apa yang kamu rasakan ketika disuntik?”, ” Bagaimana perasaanmu jika Mimin tidak mau bermain denganmu?”)
b. Katakan pada anak bahwa marah adalah hal yang biasa (mis;”Saya kadang-kadang marah jika saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan.”)
c. Berikan dorongan dan biarkan anak untuk mengekspresikan marah dalam cara yang dapat diterima (mis; berbicara keras-keras, memukul mainan, berlari keluar mengelilingi rumah)

8. Untuk orang-orang yang diidentifikasi mengalami ansietas kronis dan mekanisme koping maladaptif, rujuk untuk penanganan psikiatrik berkelanjutan

askep parkinson

Askep Parkinson
( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyakit Parkinson )
A. Pengertian
Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap respon
mesenfalon dan pergerakan regulasi. Penyakit ini ini bersifat lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset pada umur 50 sampai 60an.Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya.dan
B. Etiologi
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktor-faktor lainnya seperti :
1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson,
2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.
C. Patofisiologi
Pada kebanyakan klien,penyebab penyakit tersebut tidak diketahui,tetapi terlihat pada usia lanjut.kondisi ini menyertai keracunan, toksisitas ( mangan,karbon monoksida ) hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat.krisis oligurik:menyertai parkinsonisme jenis spasme otot-otot konjunggasi mata.
D. Gejala Klinis
Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:
1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,
2. Tremor yang menetap ,
3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,
4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,
5. Depresi, demensia,
6. Wajah seperti topeng.


E.Pemeriksaan Diagnostik
Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk mengetahui gangguan.

F. Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

G.Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin.
2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.
4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian
1. Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.
2. Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.
3. Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
4. Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
5. Kaji tanda depresi.

I. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan.
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria : klien dapat ikut srta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,bertambahnya kekuatan otot dan klien menunjukkan tidakan untuk meninktkan mobilitas
Intervensi
1. kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan
2. lakukan program latihan meningkatkan kekuatan otot.
3. anjurkan mandi hangan dan masase otot
4. bantu klien melakukan latihan ROM,perawatan diri sesuai toleransi
5. kolaborasi ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional
1. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
2. Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,menurunkan kekakuan otot,dan mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan.
3. mandi hangan dan masase membantu otot – otot rileks pada aktifitas pasif
dan aktif mengurangi nyeri otot yang mengakibatkan kekakuan otot.
4. untuk memelihara flexsibilitas sendi sesuai kemampuan
5. peningkatan kemampuan dalamn mobilisasi ekstramitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisiotera









2. Defisit parawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,menurunya kekuatan,kehilangan kontrol otot/koordinasi.
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam keperawatan diri klien terpenuhi
Kriteria : klien dapat menunjukkan perubahan hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan ,dan mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi
1. kaji kemampuan dan tingkat penurunan dan skala 0 – 4 untuk melakukan ADL
2. hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
3. kolaborasi pemberian pencahar dan konsul ke dokter terapi okepasi
4. ajarkan dan dukung klien selama klien aktifitas
5. modifikasi lingkungan
Rasional
1. membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual
2. klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
3. pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi,untuk mengembangkan terapi dan melegkapi kebutuhan khusus.
4. dukungan padsa klien selama aktifitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
5. modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi
3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam koping individu menjadi efektif
Kriteria : mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang tredekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi mengakui dan mengembangkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga didri yang negatif.


Intervensi
1. kaji perubahan dari ganguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan .
2. anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak banyaknya hal untuk dirinya.
3. bantu dan anjurkan perawat baik dengan memperbaiki kebiasaan
4. kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
Rasional
1. menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau penilaian intervensi
2. menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri srta mempengaruhin proses rehabilitasi.
3. membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan
4. dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.kerja sama fisioterapi terapi obat-obatan dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurani depresi yang sering muncul pada keadaaan ini.













Daftar pustaka :

2009 - Kumpulan Asuhan Keperawatan, Wd. Nurhaeny Emba Saputri. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress Themes developed by Templatelite.com

askep parkinson


Askep Parkinson
( Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyakit Parkinson )
A. Pengertian
Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap respon
mesenfalon dan pergerakan regulasi. Penyakit ini ini bersifat lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset pada umur 50 sampai 60an.Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya.dan
B. Etiologi
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak faktor-faktor lainnya seperti :
1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson,
2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

C. Patofisiologi

Pada kebanyakan klien,penyebab penyakit tersebut tidak diketahui,tetapi terlihat pada usia lanjut.kondisi ini menyertai keracunan, toksisitas ( mangan,karbon monoksida ) hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat.krisis oligurik:menyertai parkinsonisme jenis spasme otot-otot konjunggasi mata.
D. Gejala Klinis
Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:
1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,
2. Tremor yang menetap ,
3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,
4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,
5. Depresi, demensia,
6. Wajah seperti topeng.


E.Pemeriksaan Diagnostik
Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk mengetahui gangguan.

F. Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

G.Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin.
2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.
4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
Pengkajian
1. Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.
2. Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.
3. Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
4. Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
5. Kaji tanda depresi.

I. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan.

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria : klien dapat ikut srta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,bertambahnya kekuatan otot dan klien menunjukkan tidakan untuk meninktkan mobilitas

Intervensi

  1. kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan
  2. lakukan program latihan meningkatkan kekuatan otot.
  3. anjurkan mandi hangan dan masase otot
  4. bantu klien melakukan latihan ROM,perawatan diri sesuai toleransi
  5. kolaborasi ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

Rasional

  1. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
  2. Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,menurunkan kekakuan otot,dan mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan.
  3. mandi hangan dan masase membantu otot – otot rileks pada aktifitas pasif

dan aktif mengurangi nyeri otot yang mengakibatkan kekakuan otot.

  1. untuk memelihara flexsibilitas sendi sesuai kemampuan
  2. peningkatan kemampuan dalamn mobilisasi ekstramitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisiotera

2. Defisit parawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,menurunya kekuatan,kehilangan kontrol otot/koordinasi.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam keperawatan diri klien terpenuhi

Kriteria : klien dapat menunjukkan perubahan hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan ,dan mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.

Intervensi

  1. kaji kemampuan dan tingkat penurunan dan skala 0 – 4 untuk melakukan ADL
  2. hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
  3. kolaborasi pemberian pencahar dan konsul ke dokter terapi okepasi
  4. ajarkan dan dukung klien selama klien aktifitas
  5. modifikasi lingkungan

Rasional

  1. membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual
  2. klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini dilakukan untuk untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
  3. pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi,untuk mengembangkan terapi dan melegkapi kebutuhan khusus.
  4. dukungan padsa klien selama aktifitas kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
  5. modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi

3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.

Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam koping individu menjadi efektif

Kriteria : mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang tredekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi mengakui dan mengembangkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga didri yang negatif.

Intervensi

  1. kaji perubahan dari ganguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan .
  2. anjurkan orang yang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak banyaknya hal untuk dirinya.
  3. bantu dan anjurkan perawat baik dengan memperbaiki kebiasaan
  4. kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi

Rasional

  1. menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau penilaian intervensi
  2. menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri srta mempengaruhin proses rehabilitasi.
  3. membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan
  4. dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.kerja sama fisioterapi terapi obat-obatan dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurani depresi yang sering muncul pada keadaaan ini.

Daftar pustaka :

2009 - Kumpulan Asuhan Keperawatan, Wd. Nurhaeny Emba Saputri. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Wordpress Themes developed by Templatelite.com